Minggu, 25 Januari 2009

Positive Thinking

Punten, lagi pengen ganti gaya bahasa....
maap kalo ada yang ga suka..

Kenapa sih nilai fisika saya cuma dapet bebek lagi?
Kenapa sih rangking saya jeblog lagi?

Kenapa sih nilai Try Out Nu*ul F*kr* nya ke seribu lagi?

Kenapa....

Kenapa....

Kenapa, oh, kenapa....

Mungkin Allah udah ga sayang lagi....

Kawan, pernah ga punya pikiran jorok kayak di atas? Pasti pernah dong. Apalagi pas kelas tiga ini. Pasti ada aja perasaan ingin menjadikan orang lain sebagai black goat atas kesalahan diri sendiri. Nilai kita yang jelek, nyalahin gurunya. Nilai TO ancur, nyalahin scanner-nya. Rangking terjun bebas, bilangnya gara-gara ada temen yang super jenius di kelas (haha..sayah pisan pas kelas 2!!!).

Dan parahnya, nih, bukan parah lagi malah, tapi udah sangat-amat-super-edan-sekali, lama-lama kita menyalahkan sang Khaliq atas ketidakbecusan diri kita sendiri. Istilah-istilah ga sayang lagi, ga adil, ga merhatiin, (naudzubillah) meluncur deras bak hujan badai di lautan biru (alah-alah, eta bahasa!) dari mulut kita yang semakin hitam karena kata-kata konyol. Astaghfirullah, betapa besar dosa kita karena udah suudzan sama Allah, pencipta kita. Padahal, sejak kecil kita udah diajari sama orangtua, ustadz/ustadzah, guruSD, guruSMP, Pak Deding,Bu Odja,Bu Sa’adah,Pa Dadang, dan lain-lain bahwa Allah itu Maha Sempurna. Padahal saban kali kita solat, tiap kali kita berdoa, kita hampir selalu menyebut Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang udah jelas-jelas (kecuali bagi yang baru tahu...) artinya Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Padahal di halaman paling depan dan belakang Al-Qur’an yang selalu menjadi pedoman dan peta jalan kehidupan kita udah jelas terpampang 99 nama Allah yang Paling Baik. Nah, baru sadar kan, betapa cupu nya kita karena berbuat seperti itu. Astaghfirullahal adzim....

Jika dipikir-pikir, betapa sombongnya diri ini karena tidak mau mengakui bahwa hasil jelek yang kita dapat itu berasal dari perbuatan kita sendiri. Mari kita introspeksi diri. Benarkah bahwa nilai bebek itu gara-gara gurunya jelek atau malah karena kita yang kaya bebek (maksudnya lemot n ga merhatiin-red)? Bener ga c bahwa scanner Nu*ul F*kri itu rusak, atau emang fikiran kita aja yang lagi nge-hank? Bener ga c rangking kita yang terjun gara-gara ada temen-temen supergenius atau emang kitanya yang emang ga ada usaha untuk jadi genius juga (si Fajar CYP mah emang jenius pisan! Hehe—pembelaan)?

Nah itu dia..Sekarang, ngaku! Pas mau ulangan, belajar atau ngga? Pas mau TO, ngerjain soal-soal dulu ngga? Ngga kan? Ngga kan? Makanya nilainya jelek....(hiks, ini bener2 nyindir diri sendiri). So, jangan nyalahin diri orang laen kalo dapat susah, introspeksi dulu, lur....

Ada sebuah cerita dari zaman sahabat dulu. Waktu itu, (saya lupa khalifahnya siapa dan lagi perang apa) pasukan muslimin berperang melawan kaum kafirin. Secara statistik, pasukan muslim dapat menang. Namun, perkiraan hanyalah perkiraan. Ternyata meleset, Bung. Para mujahid terkena pukulan telak. Hampir saja mereka kalah. Lalu sang komandan pasukan memanggil para bala tentaranya. Dia bukannya menyalahkan pasukannya. Dia tidak berburuk sangka kepada pasukannya, apalagi kepada Allah. Dia hanya bertanya satu hal.

“Pasukanku, apakah ada di antara kita ada yang telah meninggalkan ibadah sunnah kita kepada Allah?”

Subhanallah! Betapa beliau berpikiran sangat +! Beliau tidak menanyakan tentang persediaan senjata, tidak pula strategi, karena itu dirasa sudah cukup. Tetapi, beliau mengintrospeksi dirinya dan pasukannya.

“Bagaimana dengan tahajjud?” tanyanya lagi. Para mujahid menjawab selalu rutin melaksanakannya.

“Bagaimana dengan shaum sunnah?” baliau bertanya lagi. Untuk kedua kalinya, pasukannya menjawab sudah melaksanakannya. Beliau bertanya tentang beberapa amalan lainnya, tetapi ternyata semua sudah dilaksanakan. Sang Komandan sangat bingung. Amalan apa yang belum mereka kerjakan. Lalu tiba-tiba....

“Komandan! Kita belum berSIWAK (yang mau ke UI jangan gr! Itu mah SIMAK)!” jerit seorang prajurit. Masya Allah! Ternyata amalan yang belum terlaksana adalah bersiwak! Bayangkan, saudara pendengar! Bersiwak, atau yang nama trivialnya sikat gigilah amalan yang belum dilaksanakan. Kontan, sang komandan memerintahkan seluruh pasukan untuk mencari kayu siwak, lalu bersiwak berjamaah.

Ternyata, nun jauh di sana, seorang intel kafir melihat hal ini. Dia mengira kaum muslimin sedang mengasah giginya. Dia sangat takut dan melaporkan ini ke pasukannya. Akhirnya, kaum muslimin meraih poin 3 alias menang.

Lihatlah, kawan! Kekuatan yang namanya Pikiran Positif itu sangat besar. Terlihat jelas bahwa husnudzan mampu mengalahkan suudzan. Si intel kafir udah suudzan karena mengira pasukan muslim mengasah gigi dan hendak memakan mereka (anya-anya wae...hahaha). Jadilah mereka keok....

Teman, pernah nonton pelem Bruce Almigthy ga? Kocak banget lahhh si Jim Carrey. Di awal film, terlihat si Bruce sangat sial dalam menjalani hidupnya. Kabayang teu sih kalo tiap detik kita ditimpa kesialan. Kira-kira yang kita lakuin kaya si Bruce ngga yah? Semoga jangan lah..soalnya dia malah memaki-maki Tuhan karena kesialannya itu. Bahkan kata-katanya tidak pantas untuk didengar sekalipun sama orang tua..(tapi ekspresinya bagus, jadi lucu...). Pokoknya, Bruce bener-bener udah kelewat suudzan sama Tuhan. Sisa ceritanya, mending tonton sendiri, tapi jangan ditiru...

Beberapa minggu kemarin, saya ikut mentoring singkat. Isinya sangat menusuk sekali (saya rada ga merhatiin sih, jadi ditusuk..hahaha). Intinya, Si Akang Mentor (kita sebut dengan SAM) berkata bahwa segala hal yang selalu kita sebut dengan ‘musibah’ pada hakikatnya adalah suatu nikmat juga. Pusing? Aneh? “Hmm, analoginya gini aja,” kata SAM, “haus itu nikmat ngga?”

Saya jawab, “Ngga, SAM.” SAM nanya lagi, “Kita minum kalo kita sedang kaya gimana?”

Saya jawab, “Kalo lagi haus, SAM!”. Terus SAM nanya lagi, “Nikmat ga?”

Saya jawab lagi, “Nikmat, SAM.”

“Nah, kalo misalnya kita ga haus, kita minum ga?”

“Ngga,”

“Terus gimana kalo kita ga pernah ngerasain haus?”

“Ya ngga minum-minum,”

“Ngga nikmat dong?”

“Iya.”

“Jadi?”

“Hah?”

“Kesimpulannya?”

“Hah?”

“Sebenernya kamu merhatiin ga sih?” kata SAM rada keras. Saya langsung kaget. Sebenernya dari tadi saya lagi ngebayangin nikmatnya minum sop buah di bazaar, hehehe.

SAM rada kesel. “Intinya gini, dan. Kita analogikan bahwa haus itu adalah suatu musibah. Tetapi, dengan haus itu, kita bisa merasakan nikmat besar saat minum. Kalo kita ga pernah haus, ya ngga akan nikmat. Malah menderita, soalnya ga mau minum, padahal tubuh butuh minum. Serba salah kan? Di balik semua musibah, pada hakekatnya, Allah udah nyimpen banyak file-file nikmat untuk kita. Tergantung gimana cara kita untuk membukanya. Kalo ekstensi nikmatnya berupa jpg, ya tentu aja kita buka pake ACDSee. Kalo ekstensinya berupa doc, bukanya harus pake word. Ngerti?”

Nah, kawan? Ngerti kan? Seperti dalam Surat Al Insyirah ayat 5-6, Allah berfirman (ditegaskan sampai 2 kali) bahwa:

“Maka sesungguhnya bersama KESULITAN ada KEMUDAHAN. Sesungguhnya bersama KESULITAN ada KEMUDAHAN.”

Liat kan? Allah udah berfirman bahwa di balik semua kesulitan itu ada kemudahan, masa kita mau tetep suudzan? Kesulitan itu diberikan untuk menguji kita, lur. Nah, kalo kita bisa melaluinya dengan tawakkal dan istiqamah, insya Allah, kita akan menemukan sebuah kado istimewa dari Allah di balik pintu terakhir kesulitan itu. Mulai sekarang, mari kita tetep percaya bahwa kita tuh punya backing-an yang sangat super, yaitu Allah. Sekalinya kita mendapat sebuah musibah (alias nikmat tersembunyi), pikirin tanda + yang besar. Bahwa sebenernya Allah ngasih ujian itu untuk memberikan kado indah, tetapi didahului dengan ujian untuk melihat apakah kita pantas mendapatkannya.

Jadi, coba bayangin kalo kita ga lulus SNMPTN atau tes-tesan laen (jangan sampe deh!). Ayo kita persiapkan diri kita untuk berpikir positif bahwa Allah memutuskan sesuatu untuk yang terbaik bagi kita. Karena Allah lebih tahu. Siapa tahu kita ga lulus ke FK UI tapi ternyata malah keterima di Sorbonne (hehe, lagi-lagi kahayang saya...).

The conclusions are :

1. Kalo dapet masalah, ayo introspeksi...cari kesalahan pada diri kita yang harus diperbaiki, bukan cari di orang lain.

2. Inget-inget lagi Surah Al-Insyirah ayat 5-6...

3. Yang menurut kita terbaik buat, belum tentu menurut Allah itu yang terbaik. Allah Maha Mengetahui.

4. Balik lagi ke zaman sahabat! Renungkan bagaimana para sahabat menghubungkan kegagalan mereka dengan habluminallah, alias hubungan kepada Allah. Maksudnya, cobalah untuk sedekat mungkin sama Allah. Kegagalan kita bisa aja terjadi gara-gara kita kebanyakan maksiat dan kurang deket sama Pencipta kita.

5. Bersyukur. Ngerti kan, bersyukur mah?

Terakhir, saya dapet lagu bagus kemaren (kata si ghifi mah udah jadul). Tapi bae ah..nu penting bagus.

Give Thanks To Allah

Give thanks to Allah

For the moon and the stars

Prays in all day full

What is and what was

Took hold of your iman

Don’t givin’ to syaitan

Oh, you who believe please give thanks to Allah

Allahu Ghofur, Allahu Rahim

Allahu yuhibbul mukhsinin

Wa khaliquna, wa raziquna

Wahua ‘alla kulli syai’in qadir

Allah is Ghofur, Allah is Rhaim

Allah is the one who loves the mukhsinin

Allah is a creator, Allah is a sistainer

And He is The One who has power over all

Sabtu, 24 Januari 2009

Pemuda Palestina

Tiada kusesal berdiri di tepian jalan
Walau hanya batu, senjataku melawan engkau
Ini negeriku, dan kami pantas berontak
Perang takkan usai sampai PALESTINA mulia

Kusadari..
Sebiadab apa dirimu
dan kau perlu tahu
ada ALLAH di atas sana

Aku kencang berlari..
Biar kuhadang dengan apa yang kupunya
Bunuh saja tubuh ini..
Biar ku syahid, itu mati yang mulia
Barisan kami..
PEMUDA PALESTINA

Mimpi jika engkau berharap kami berhenti
Perang takkan usai sampai PALESTINA mulia

Tanah suci ini..
kelak akan menjadi saksi
saat kau terima KEHANCURAN bertubi-tubi..

Aku kencang berlari..
Biar kuhadang dengan apa yang kupunya
Bunuh saja tubuh ini..
Biar ku syahid, itu mati yang mulia
Barisan kami..
PEMUDA PALESTINA
PEMUDA PALESTINA


~edcoustic~

Kata Dia Kepadaku

Usah kau tersedu, adikku
Jangan kau menangis seperti itu
Karena suratmu di siang hari
akan Tuhan balas di malam sunyi
dengan keajaiban

Tak perlu terisak lagi, adik kecil
Seka air mata sucimu
Karena Dia sudah tahu semua ini
Karena Dia selalu mengerti
dan telah menunggumu dengan senyuman
dengan keajaiban

Jika sungai telah kering,
matahari sudah sembunyi,
bayi kucing merengek, menyapa bumi,
kelelawar membuka mata,
maka jemput aku di batas kota,
nyanyikan sebuah dendang,
lalu ceritakan semuanya
Termasuk tentang letih yang menguap di matamu,
tentang syair di wajahmu,
dan riak tawa dari hatimu.

Dunia

dunia
ingin kucongkel matamu
biar buta saja
tak mencuri pandang padaku

dunia
mau kulahap otakmu
biar mati rasa
biar tak tahu apa itu rasa
lalu mati

bangsat!
biarkan aku sendiri!
tak sudi kau peduli
biar aku sendiri!
menangisi hati yang nyaris mati
nyaris

dunia
ingin kupeluk dirimu
kubawa sampai sorga